Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad, para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka.
Amma ba’du.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, tidaklah samar bagi kita bahwa bulan Ramadhan banyak menumbuhkan agenda dan kegiatan ceramah serta beraneka bentuk program dakwah. Memang dakwah adalah tugas yang sangat mulia.
Allah berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Inilah jalanku. Aku menyeru menuju Allah di atas bashirah/ilmu yang nyata. Inilah jalanku dan orang-orang yang mengikutiku.” (Yusuf : 108)
Ayat yang mulia ini memberikan pelajaran bahwa rasul dan pengikutnya adalah orang-orang yang senantiasa mengajak atau berdakwah di atas bashirah. Yang dimaksud bashirah itu adalah ilmu yang jelas dan nyata, yang di dalamnya terkandung ilmu tentang materi dakwah, ilmu tentang kondisi orang yang didakwahi, dan ilmu tentang tata-cara berdakwah.
Ayat di atas juga memberikan faidah bahwasanya seorang da’i harus ikhlas dalam berdakwah. Selain itu dakwah haruslah diprioritaskan untuk mengajak manusia mentauhidkan Allah, sebagaimana metode yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak boleh berdakwah di atas kebodohan, hawa nafsu, atau pun semata-mata bermodal perasaan dan logika. Dakwah harus tegak di atas ilmu; itulah yang disebut dengan bashirah.
Dengan demikian, segala keutamaan dakwah yang disebutkan di dalam al-Qur’an ataupun as-Sunnah hanyalah berlaku bagi orang yang berdakwah dengan ikhlas karena Allah dan mengikuti tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kehilangan ikhlas membuat amalnya tidak diterima, sebagaimana melakukan cara-cara bid’ah juga menyebabkan amalnya tertolak dan sia-sia.
Hal ini semestinya selalu diperhatikan oleh setiap orang yang berdakwah. Karena kesalahan yang disampaikan oleh seorang da’i akan menyeret kesalahan para pendengar dan pengikutnya. Bukannya pahala yang akan dia peroleh, tetapi justru dosa yang berlipat ganda.
Semoga Allah curahkan kepada kita taufik untuk mengenali kebenaran dan mengamalkannya.
Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Yogyakarta, 8 Ramadhan 1437 H